Ikan Asam Pedas: Kelezatan yang Bikin Nagih dari Suapan Pertama
Saya masih ingat banget waktu pertama kali nyicip Ikan Asam Pedas yang "asli" — bukan yang dari warung random deket rumah, tapi dari rumah makan kecil di daerah pesisir Riau.…
Saya masih ingat banget waktu pertama kali nyicip Ikan Asam Pedas yang "asli" — bukan yang dari warung random deket rumah, tapi dari rumah makan kecil di daerah pesisir Riau.…
Kopi Rarobang Jujur saja, awalnya aku nggak tahu soal kopi ini. Biasanya kalau ngopi ya antara kopi hitam biasa, espresso, atau kopi susu kekinian yang tinggal dipesan online. Tapi saat aku ngobrol sama teman yang hobi traveling ke Timur Indonesia, dia nyebut satu nama yang bikin aku penasaran banget: Kopi Rarobang.
Katanya, kopi ini bukan sekadar kopi. Ada rempah-rempah, ada kenangan, dan ada kehangatan yang beda. Waduh, aku langsung browsing dong. Dan ternyata, ini adalah kopi khas dari Ambon, Maluku. Gila, baru tahu!
Culinary Kopi Rarobang berasal dari daerah Maluku, tepatnya Ambon. Dalam bahasa setempat, “Rarobang” punya arti ‘hangat’ atau ‘membuat hangat’. Nama itu cocok banget sih, karena begitu kita minum kopi ini, yang terasa pertama kali memang hangatnya rempah-rempah.
Biasanya, kopi ini disajikan dengan campuran cengkeh, jahe, kayu manis, kapulaga, dan kadang ada juga tambahan kacang kenari. Nah, rempah-rempah ini tuh bikin rasa kopinya jadi nggak biasa. Bukan pahit doang, tapi kompleks banget.
Waktu liburan ke Ambon, aku akhirnya nyobain langsung kopi Rarobang di salah satu warung kopi tradisional. Warungnya kecil, tapi penuh pengunjung. Bapak-bapak, anak muda, semua asyik ngobrol sambil nyeruput kopi.
Aku pesan satu cangkir. Begitu disajikan, aromanya langsung nyengat. Tapi bukan bau kopi biasa, melainkan campuran antara manis, hangat, dan rempah. Setelah menyeruput pertama kali, rasanya kayak disambut pelukan—serius deh. Apalagi cuaca Ambon sore itu agak dingin, jadi pas banget.
Kalau kamu penasaran, bahan utama Kopi Rarobang sebenernya cukup sederhana:
Bubuk kopi lokal (biasanya jenis robusta Ambon)
Cengkeh
Jahe merah
Kayu manis
Gula merah atau gula batu
Kadang ditambah kacang kenari
Proses pembuatannya juga khas. Jahe dan cengkeh direbus dulu hingga aromanya keluar, baru ditambahkan kopi. Setelah itu, disaring dan disajikan panas-panas. Uniknya lagi, kopi ini biasanya tidak memakai susu. Jadi rasa aslinya sangat kuat.
Awalnya aku kira bikin kopi ini susah. Tapi ternyata setelah aku coba beberapa kali, resepnya cukup simpel. Nah, buat kamu yang pengen nyobain di rumah, ini langkah-langkahnya:
Rebus 3 gelas air dengan 2 ruas jahe yang digeprek, 4-5 cengkeh, dan sebatang kayu manis.
Setelah mendidih dan aromanya keluar, kecilkan api dan masukkan 2 sendok makan bubuk kopi hitam.
Tambahkan gula batu atau gula merah secukupnya, aduk rata.
Saring dan sajikan dalam cangkir.
Kalau ada, taburi kacang kenari cincang di atasnya.
Simple banget kan? Tapi hasilnya tetap autentik dan berkesan.
Setiap kali aku minum kopi Rarobang, selalu muncul rasa nostalgia. Padahal ya aku baru kenal kopi ini beberapa tahun belakangan. Tapi sensasinya tuh beda. Ada rasa hangat, manis, pedas tipis dari jahenya, dan aroma yang sangat menenangkan.
Biasanya aku nikmatin kopi ini sore-sore, sambil nulis atau sekadar baca buku. Kadang juga buat nemenin obrolan sama teman. Rasanya lebih intim dibanding kopi instan atau kopi kafe.
Kalau kamu udah bosan sama kopi yang itu-itu aja, ini saatnya eksplorasi. Kopi Rarobang tuh bukan cuma soal rasa. Ini pengalaman budaya. Rempah-rempahnya mencerminkan kekayaan Indonesia, terutama Maluku. Jadi setiap tegukan, seolah kita merayakan warisan nenek moyang.
Selain itu, kopi ini juga cocok banget buat yang perutnya sensitif. Karena ada jahe dan rempah lainnya, minuman ini terasa lebih ringan di lambung. Nggak bikin perih kayak kopi hitam biasa.
Dari Kopi Rarobang, aku belajar satu hal penting: kadang hal-hal sederhana bisa menyentuh hati lebih dalam. Kopi ini sederhana, tapi penuh makna. Bahkan aku pernah kasih teman hadiah kopi Rarobang kering yang dibawa dari Ambon, dan dia langsung jatuh cinta.
Kita kadang terlalu sibuk nyari yang mewah dan modern, padahal yang tradisional dan penuh cerita bisa jauh lebih berarti.
Oh iya, satu lagi yang penting banget. Karena Kopi Rarobang mengandung jahe dan rempah alami, minuman ini punya manfaat kesehatan juga. Beberapa manfaat yang aku rasain sendiri antara lain:
Menghangatkan tubuh saat cuaca dingin
Meredakan masuk angin ringan
Bikin tubuh lebih segar dan nggak mudah ngantuk
Nambah mood positif
Memang sih, ini bukan obat. Tapi buat teman sehari-hari, ini salah satu pilihan terbaik yang bisa kamu nikmati tanpa rasa bersalah.
Nah, satu hal yang unik dari Kopi Rarobang adalah tambahan kacang kenarinya. Nggak semua warung kopi pakai ini, tapi kalau yang asli dari Ambon biasanya pasti ada. Kacang kenari ini punya rasa gurih yang khas dan teksturnya agak crunchy.
Ketika diseruput bareng kopinya, sensasinya tuh kayak ngunyah kenangan. Hehe, lebay nggak sih? Tapi beneran, ini bikin Kopi Rarobang beda dari semua kopi lainnya.
Kopi Rarobang bukan sekadar minuman. Di Ambon, kopi ini jadi bagian penting dari kehidupan sosial. Banyak keluarga atau komunitas yang ngumpul sore-sore buat “ngopi rarobang” sambil ngobrol. Jadi semacam budaya mini yang mempererat hubungan antarwarga.
Buatku, itu pelajaran yang luar biasa. Bahwa minuman bukan cuma soal rasa, tapi juga soal koneksi, kehangatan, dan kenangan bersama orang-orang terdekat.
Aku juga sempat salah waktu pertama bikin sendiri di rumah. Waktu itu, aku masukkan bubuk kopi barengan dengan rempah ke air mendidih dan direbus lama. Alhasil, kopinya jadi pahit banget dan agak anyep. Ternyata, kopi sebaiknya masuk terakhir, setelah air rempah mendidih dan api dikecilkan.
Jadi tips penting: jangan rebus kopi terlalu lama, cukup larutkan sebentar saja.
Kalau kamu nggak punya kesempatan ke Ambon dalam waktu dekat, tenang aja. Sekarang banyak UMKM yang jual bubuk Kopi Rarobang instan di marketplace. Tinggal search aja, dan kamu bisa temuin varian yang lengkap, dari bubuk kopi hingga rempahnya.
Tapi saran pribadi: pilih yang tanpa pengawet atau tambahan kimia. Cari yang organik atau home-made, biar sensasinya tetap autentik.
Kalau kamu termasuk orang yang suka kopi dengan aroma khas, atau kamu pecinta minuman rempah kayak wedang jahe dan sejenisnya, aku yakin Kopi Rarobang bakal jadi favorit baru kamu. Rasanya kuat, tapi tetap hangat dan bersahabat.
Dan buat yang bukan pecinta kopi berat, ini bisa jadi “gerbang awal” buat belajar ngopi. Karena rasanya lebih halus dan nggak sekeras espresso.
Kadang kita terlalu nyaman di zona aman. Minum kopi yang itu-itu aja, dari kafe yang sama, rasa yang sama. Tapi dunia ini luas banget, dan Indonesia punya banyak harta karun kuliner yang belum kita coba. Kopi Rarobang adalah salah satunya.
Jadi, yuk beri kesempatan buat lidah kita merasakan sesuatu yang berbeda, hangat, dan penuh cerita.
(more…)
Es Brenebon Jujur aja, waktu pertama kali dengar nama “Es Brenebon”, saya sempat mikir, “Ini minuman apa makanan, ya?” Ternyata, minuman! Beda banget dari es-es biasa yang cuma pakai sirup merah atau susu kental manis. Es Brenebon ini justru punya cita rasa yang unik banget—manis, legit, dan ada sedikit rasa gurih dari kacang merahnya. Iya, benar. Es ini pakai kacang merah rebus yang teksturnya lembut dan sedikit kenyal.
Awalnya saya kira, siapa sih yang mau minum es dari kacang? Tapi setelah nyoba langsung di Manado, saya langsung jatuh cinta. Segelas Es Brenebon di siang panas itu kayak oase di tengah padang pasir.
Kalau kamu pernah culinary ke Sulawesi Utara, khususnya Manado, pasti sering dengar nama “Brenebon”. Aslinya, brenebon itu adalah sup kacang merah yang gurih dan biasanya dimasak dengan daging iga sapi. Nah, versi esnya ini adalah adaptasi kreatif dari masyarakat yang ingin menikmati kesegaran kacang merah, tapi dalam bentuk pencuci mulut.
Yang menarik, nama “brenebon” berasal dari bahasa Belanda: “bruine bonen” yang berarti “kacang cokelat” alias kacang merah. Warisan kolonial ini berubah jadi resep lokal yang sangat khas dan dicintai. Keren, kan? Kadang, makanan dan minuman bisa bercerita banyak tentang sejarah suatu daerah.
Salah satu alasan saya suka banget sama Es Brenebon adalah karena bahan-bahannya gampang ditemukan. Tapi meskipun sederhana, rasanya enggak main-main. Biasanya, kamu cuma butuh:
Kacang merah rebus (bisa pakai kalengan, tapi rebus sendiri lebih enak)
Gula aren atau gula merah
Santan segar
Es batu serut
Susu kental manis (opsional)
Yang bikin beda itu sih teknik merebus kacangnya. Harus sampai empuk banget, tapi jangan sampai hancur. Kalau saya, biasanya pakai panci presto biar cepat. Setelah itu, kacangnya direndam semalaman sama gula aren biar meresap legitnya.
Jadi, setelah pulang dari trip ke Manado, saya penasaran dan langsung coba bikin sendiri. Awalnya agak deg-degan karena takut gagal. Tapi ternyata gampang banget, dan hasilnya… lumayan lah buat percobaan pertama.
Waktu itu saya pakai kacang merah kering, rendam semalaman, lalu presto sekitar 30 menit. Hasilnya lembut banget! Lalu saya bikin sirup gula aren dan campur dengan kacangnya. Setelah dingin, tinggal tuang santan, kasih es serut, dan taburi susu. Rasanya? Hampir mirip dengan yang saya coba di Manado.
Setelah beberapa kali eksperimen, saya punya beberapa tips nih supaya Es Brenebon kamu makin mantap:
Pakai santan segar. Jangan ganti pakai santan instan kalau bisa, karena aroma dan rasa segarnya beda jauh.
Gula aren asli. Ini penting buat dapetin rasa legit yang otentik.
Sajikan dingin. Es serut atau es batu yang dihancurkan lebih enak daripada es batu biasa.
Rendam kacang setelah direbus. Ini tips emas. Biarkan kacang merah rendam di air gula minimal 3 jam agar lebih meresap.
Waktu bulan Ramadhan tahun lalu, saya sempat bikin Es Brenebon sebagai takjil. Awalnya iseng, karena pengen minum yang seger tapi juga mengenyangkan. Eh, ternyata keluarga pada suka!
Kacang merah yang lembut dan kandungan gulanya bikin energi cepat pulih setelah puasa. Santannya juga bantu kasih rasa gurih yang menenangkan. Jadi, kalau kamu bingung mau takjil apa, cobain deh Es Brenebon ini. Enggak ribet, tapi dijamin spesial.
Saya juga pernah nemu cafe kecil di Jakarta yang bikin varian modern dari Es Brenebon. Mereka pakai tambahan boba, sirup vanila, dan bahkan jelly pandan! Meskipun rasanya agak keluar dari versi klasik, tapi tetap enak kok. Cocok buat anak muda yang pengen coba rasa baru tanpa kehilangan akar lokalnya.
Tapi saya pribadi sih tetap suka versi original. Kadang, sederhana itu justru paling ngena.
Ngomongin Es Brenebon, kita juga harus apresiasi bahan utamanya: kacang merah. Banyak yang belum tahu kalau kacang ini kaya manfaat, lho.
Serat tinggi: Bantu pencernaan dan bikin kenyang lebih lama.
Protein nabati: Bagus buat kamu yang mengurangi daging.
Zat besi dan magnesium: Penting buat energi dan kesehatan jantung.
Jadi, meskipun rasanya manis, Es Brenebon ini tetap punya sisi sehatnya. Asal jangan pakai susu terlalu banyak, ya!
Oke, saya harus jujur. Nggak semua percobaan bikin Es Brenebon itu berhasil. Pernah satu kali saya kelamaan rebus kacangnya, dan hasilnya malah hancur kayak bubur. Alhasil, esnya jadi keruh dan enggak ada sensasi kenyal sama sekali. Rasanya? Yah, bisa dibilang… mengecewakan.
Tapi dari situ saya belajar pentingnya ngatur waktu rebus, apalagi kalau pakai panci biasa. Harus sabar, dan jangan sampai kacangnya overcooked. Jadi, buat kamu yang baru pertama kali bikin, catat waktunya, ya!
Ini mungkin terdengar berlebihan, tapi serius deh. Dari proses bikin Es Brenebon, saya belajar beberapa hal yang bisa diterapkan dalam hidup juga:
Kesabaran itu kunci. Mulai dari merendam kacang sampai merebusnya butuh waktu dan ketelatenan.
Sederhana bisa istimewa. Bahan-bahannya murah, tapi kalau diracik dengan cinta, hasilnya luar biasa.
Berbagi bikin bahagia. Setiap kali saya sajikan Es Brenebon buat teman atau keluarga, selalu ada senyum dan pujian yang bikin hati hangat.
Kalau kamu sedang mikir untuk mulai bisnis kuliner kecil-kecilan, Es Brenebon bisa jadi ide menarik. Serius, deh. Modalnya minim, cara bikinnya simpel, dan pasarnya luas. Kamu bisa jual per cup di acara buka puasa bersama, arisan, atau online via Instagram dan WhatsApp.
Penting juga buat kasih nilai tambah—misalnya, pakai kemasan estetik, atau berikan topping kekinian. Tapi jangan sampai melenceng terlalu jauh dari rasa aslinya, karena justru di sanalah daya tariknya
(more…)
Tahu Gimbal Pertama kali saya nyobain tahu gimbal itu waktu diajak teman kuliah main ke Semarang. Awalnya saya kira cuma tahu goreng biasa, ternyata lebih dari itu. Di piringnya ada tahu goreng, lontong, kol, telur, udang goreng mirip bakwan (itulah si “gimbal”), dan disiram bumbu kacang yang super kental. Rasanya? Gokil! Sekali makan langsung jatuh cinta.
Kalau dipikir-pikir, kenapa ya namanya “tahu gimbal”? Setelah ngobrol sama pedagangnya, ternyata “gimbal” itu bukan soal rambut, tapi sebutan lokal untuk udang goreng tepung yang bentuknya acak-acakan seperti rambut gimbal. Jadi, jangan bayangin tahu rambut ya. Ini tuh soal kerenyahan dan rasa gurih si udang gorengnya.
Culinary Tahu gimbal ini komplit banget. Isinya biasanya ada tahu putih goreng, telur dadar setengah matang, kol yang direbus sebentar, potongan lontong, dan tentu saja si gimbal udang. Semua disiram bumbu kacang halus yang dicampur petis udang. Nah, petisnya ini yang bikin rasanya beda dari bumbu pecel biasa. Lebih nendang dan khas.
Nah, bumbu kacangnya bukan sembarang bumbu. Biasanya digiling dadakan biar segar. Isinya terdiri dari kacang tanah goreng, bawang putih, cabai rawit, garam, gula merah, dan tentu saja petis. Kemudian, disiram air panas sedikit demi sedikit sampai teksturnya pas. Ada pedas, manis, dan asin yang seimbang banget. Pokoknya mantap!
Beberapa orang suka nyamain tahu gimbal sama tahu tek asal Surabaya. Tapi, keduanya beda jauh. Tahu tek pakai lontong dan kerupuk, bumbu kacangnya juga lebih encer. Sementara tahu gimbal punya gimbal udang yang jadi pembeda utama. Rasanya juga lebih berat karena ada petis yang dominan.
Makan tahu gimbal di Semarang tuh kayak pengalaman spiritual buat pecinta kuliner. Saya pernah makan di sekitar Taman KB dan Simpang Lima, suasananya santai banget. Sambil duduk lesehan, ditemani es teh manis dingin, rasanya dunia kayak berhenti sebentar buat nikmatin sepiring makanan yang sempurna.
Meski bisa dimakan kapan aja, tapi saya lebih suka makan tahu gimbal buat makan siang. Alasannya sederhana: porsinya cukup berat dan bikin kenyang seharian. Apalagi kalau lagi banyak kerjaan, makanan ini cocok banget buat recharge tenaga. Tapi ya kembali ke selera sih, ada juga yang suka makan pagi.
Kalau kamu jauh dari Semarang, jangan sedih. Kita bisa kok bikin tahu gimbal sendiri. Yang penting siapkan bahan-bahan utamanya: tahu, udang, tepung, kol, lontong, telur, dan bumbu kacang. Gimbalnya tinggal campur udang dengan tepung bumbu lalu goreng sampai renyah. Tahu digoreng terpisah, dan bumbu kacangnya diulek pakai cobek biar wangi.
Saya sempat gagal bikin gimbal yang renyah. Setelah coba-coba, ternyata kuncinya ada di perbandingan tepung dan air. Jangan terlalu encer, tapi jangan kental banget juga. Pakai campuran tepung terigu dan tepung beras biar teksturnya lebih garing. Dan pastikan minyak gorengnya panas banget sebelum masukin adonan.
Petis udang itu bahan yang nggak bisa diganti. Pernah saya coba pakai bumbu kacang tanpa petis, dan hasilnya hambar. Petis ini yang bikin rasa bumbunya gurih banget dan khas Semarang. Jadi kalau kamu mau bikin tahu gimbal, usahakan punya petis asli dari Jawa Tengah. Sekarang sih udah banyak yang jual online juga.
Jujur aja, ada teman saya yang kurang suka petis karena baunya menyengat. Tapi tenang, kamu bisa kurangi takaran petis di bumbunya. Walaupun jadi agak kurang otentik, tapi rasanya tetap enak kok. Atau, kamu bisa coba variasi tahu gimbal modern yang tanpa petis, biasanya pakai saus kacang biasa yang lebih netral.
Setiap kali makan tahugimbal, saya jadi inget masa-masa nongkrong di angkringan bareng teman. Makanan ini bukan cuma soal rasa, tapi juga kenangan. Ada kehangatan dan kebersamaan yang selalu hadir di balik setiap gigitan. Apalagi kalau makannya rame-rame, jadi tambah seru!
Kalau bicara soal harga, tahugimbal tergolong murah. Di Semarang, kamu bisa dapat seporsi cuma sekitar Rp15.000–Rp20.000. Bahkan kadang lebih murah kalau beli di pinggir jalan. Dengan harga segitu, kamu udah dapet menu lengkap yang mengenyangkan dan memuaskan.
Selain di Semarang, sekarang banyak lho warung makan yang jual tahugimbal di kota-kota besar. Di Jakarta, Bandung, bahkan Bali pun ada. Tapi ya, rasanya beda-beda. Tetap aja, yang paling juara ya yang dibuat langsung oleh orang Semarang. Jadi kalau ada kesempatan ke sana, jangan dilewatkan!
Menariknya, sekarang tahugimbal udah banyak dimodifikasi. Ada yang ditambah keju, ada yang disajikan pakai saus sambal kekinian, bahkan ada yang dijadikan rice bowl. Kreatif sih, meski kadang saya kangen versi aslinya. Tapi ya, makanan juga berkembang sesuai zaman, kan?
Di tengah gempuran makanan modern, tahugimbal tetap eksis. Ini bukti bahwa cita rasa lokal punya tempat tersendiri di hati masyarakat. Bahkan generasi muda pun banyak yang penasaran dan suka setelah coba. Tahugimbal bisa dibilang sebagai warisan kuliner yang relevan sampai sekarang.
Yang saya pelajari dari tahugimbal bukan cuma soal masak-memasak. Tapi juga tentang kesederhanaan, kreativitas, dan pentingnya menjaga tradisi. Dari satu piring, kita bisa tahu bahwa rasa enak nggak harus mahal. Dan bahwa makanan bisa menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang.
Salah satu kesalahan terbesar saya adalah bikin gimbal pakai udang yang masih berkulit. Waktu digoreng, hasilnya keras banget dan nggak enak dimakan. Sejak saat itu, saya selalu kupas udangnya dulu, baru dicampur adonan. Jangan lupa juga buang kotoran di punggung udang ya, biar bersih dan sehat.
Kalau kamu bingung mau minum apa setelah makan tahugimbal, saya sarankan teh manis dingin. Rasanya ringan, segar, dan bisa menetralkan rasa kuat dari petis. Atau, bisa juga pakai es jeruk peras. Jangan pilih minuman bersoda karena bisa bikin perut kembung kalau dimakan bareng tahugimbal.
Secara umum, tahugimbal memang mengandung minyak karena ada yang digoreng. Tapi, tetap bisa jadi pilihan sehat kalau dibuat dengan cara yang benar. Misalnya, kurangi penggunaan minyak, pakai tahu non-GMO, dan pilih udang segar. Tambahkan lebih banyak kol atau sayuran rebus untuk menyeimbangkan.
Akhir kata, menurut saya tahugimbal layak banget jadi salah satu ikon kuliner Indonesia. Bukan hanya karena enak, tapi karena menggambarkan kekayaan rasa dan kreativitas lokal. Kalau kamu belum pernah coba, segera cari atau bikin sendiri. Dan kalau udah pernah, jangan ragu buat jatuh cinta lagi
(more…)
Kue Kembang Goyang Siapa sih yang nggak kenal kue kembang goyang? Bentuknya yang mirip bunga mekar, teksturnya renyah, dan rasa manisnya itu lho, bikin nagih banget. Dulu waktu kecil, setiap kali lebaran tiba, kue ini selalu muncul di meja tamu rumah nenek saya. Walau banyak pilihan kue lain, saya selalu cari si kembang goyang ini duluan. Ada sesuatu yang bikin kue ini terasa “rumah”.
Dari situ, saya mulai penasaran. Gimana cara bikinnya? Kenapa bentuknya bisa sekeren itu? Dan ternyata, prosesnya tuh unik banget! Perlu cetakan khusus dan teknik menggoyang agar kue bisa lepas dari cetakan saat digoreng. Nggak heran dinamakan Kue Kembang Goyang, ya?
Ternyata, kue ini bukan sekadar culinary camilan. Kue Kembang Goyang punya akar budaya yang cukup dalam. Kue ini berasal dari Betawi, meski di beberapa daerah lain seperti Minang dan Jawa juga mengklaim punya versi serupa. Dalam budaya Betawi, kue ini melambangkan keindahan dan harapan yang terus tumbuh. Bunga mekar jadi simbol keberkahan dan kebahagiaan yang ingin dibagikan saat hari raya.
Transisi zaman memang bikin banyak orang lupa akan makna-makna kecil kayak gini. Tapi justru di situlah pentingnya kita mempertahankan tradisi. Saya sendiri, begitu tahu filosofi itu, jadi makin semangat belajar bikin Kue Kembang Goyang sendiri. Nggak sekadar untuk dimakan, tapi untuk terus hidupkan kenangan dan budaya.
Sebelum masuk ke proses bikin, yuk kita bahas bahan-bahan dasarnya. Saya akan kasih resep dasar yang bisa teman-teman modifikasi sesuai selera.
Bahan utama:
250 gram tepung beras
1 butir telur
200 ml santan kental (saya pakai santan segar, hasilnya lebih gurih)
100 gram gula pasir
Sejumput garam
Wijen putih secukupnya (bisa skip, tapi bikin tampilannya lebih cantik)
Minyak goreng secukupnya (pastikan banyak, karena adonan harus tenggelam)
Kadang saya tambahkan juga vanilla bubuk atau pandan cair biar aromanya makin menggoda. Kalau mau versi gurih, tinggal kurangi gulanya dan tambahkan sedikit bawang putih halus. Serius deh, bisa jadi camilan asin yang unik juga.
Nah ini nih bagian krusial: cetakan Kue Kembang Goyang. Waktu pertama kali saya coba bikin tanpa cetakan khusus, ya gagal total. Adonan nggak mau nempel, dan akhirnya malah bubar jalan. Akhirnya saya cari cetakan besi khusus yang bentuknya menyerupai bunga.
Biasanya cetakan ini dijual di toko peralatan dapur tradisional atau di pasar. Saya beli seharga 30 ribuan, dan sampai sekarang masih awet. Tips dari saya: pastikan cetakan dipanaskan dulu di minyak panas sebelum dicelupkan ke adonan. Kalau nggak panas, adonan nggak bakal nempel sempurna.
Oke, sekarang kita masuk ke proses bikin yang paling seru. Pertama, kocok telur dan gula sampai larut. Lalu masukkan santan, garam, dan terakhir tepung sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai rata. Pastikan adonan tidak terlalu kental atau terlalu encer.
Panaskan minyak goreng yang banyak di wajan. Lalu celupkan cetakan ke minyak panas sekitar 1 menit, baru celupkan ke adonan. Jangan sampai cetakan terendam penuh, cukup setengah aja biar adonan nggak nutup seluruh bagian cetakan.
Setelah itu, langsung celupkan cetakan ke minyak panas dan goyang-goyang sedikit. Biasanya adonan akan lepas sendiri. Kalau susah lepas, bantu dikit pakai tusuk sate. Tapi hati-hati ya, jangan sampai sobek adonannya.
Waktu pertama kali bikin, saya sempat frustasi juga. Cetakan lengket, adonan nggak mau lepas, atau malah kue jadi keras banget. Tapi dari semua itu, saya belajar banyak.
Pertama, penting banget untuk selalu panaskan cetakan sebelum celup ke adonan. Kedua, adonan jangan terlalu kental. Saya pernah iseng tambahin tepung karena takut encer, eh hasilnya malah gagal total. Ketiga, jangan terlalu buru-buru goyang cetakannya. Harus sabar.
Kadang saya juga salah posisi saat goreng, jadi bentuk bunganya jadi miring-miring. Tapi ya itu bagian dari proses belajar. Sekarang sih sudah bisa bikin satu toples penuh dengan hasil yang lumayan rapi.
Buat teman-teman yang baru mau coba bikin, tenang aja. Saya punya beberapa tips praktis biar pengalaman pertama kamu sukses:
Uji kekentalan adonan. Celupkan sendok ke adonan, kalau bisa menempel tipis, berarti oke.
Panaskan cetakan minimal 30 detik sebelum celup ke adonan.
Gunakan api sedang. Api terlalu kecil bikin kue berminyak, terlalu besar bikin cepat gosong.
Saring adonan dulu biar nggak menggumpal.
Coba satu dulu, jangan langsung banyak. Buat percobaan awal sebelum produksi massal.
Setelah beberapa kali berhasil bikin versi klasik, saya mulai bereksperimen. Saya pernah coba kasih pewarna makanan supaya lebih menarik untuk anak-anak. Pernah juga coba tambahkan cokelat bubuk dan hasilnya… surprisingly enak!
Versi gurih juga patut dicoba. Cukup tambahkan daun jeruk yang dihaluskan ke dalam adonan. Wanginya jadi semerbak banget. Teman-teman saya sampai ngira itu keripik mahal buatan pabrik.
Kembang goyang juga bisa banget dikemas jadi oleh-oleh. Saya pernah bikin dalam kemasan mika, kasih stiker lucu, dan jual di acara bazar. Laku keras!
Waktu lebaran kemarin, saya ajak keponakan-keponakan untuk bantuin bikin Kue Kembang Goyang. Mereka senang banget. Ternyata, kegiatan sederhana kayak ini bisa banget jadi sarana bonding keluarga.
Kue ini memang bukan sekadar makanan. Dia menyimpan banyak cerita, kebersamaan, dan kenangan. Bayangin deh, satu keluarga duduk bareng, saling bercanda sambil menggoreng kue bareng. Momen kayak gini tuh priceless banget.
Nggak nyangka juga, sekarang banyak konten kreator yang bahas kue tradisional kayak kembang goyang ini. Di TikTok dan Instagram, video bikin kue ini bisa sampai jutaan views! Mungkin karena prosesnya satisfying ya? Atau bisa jadi karena orang-orang mulai sadar pentingnya melestarikan budaya kuliner.
Saya sendiri sempat upload video bikin kembang goyang di IG Story. Banyak yang tanya resep dan tekniknya. Dari situ, saya sadar bahwa berbagi resep tradisional bisa jadi konten yang disukai, sekaligus bermanfaat.
Sebagai bonus, saya akan kasih versi modifikasi favorit saya: Kembang Goyang Pandan.
Bahan:
250 gram tepung beras
100 gram gula pasir
1 butir telur
200 ml santan
1 sdt pasta pandan
Sejumput garam
Wijen putih
Langkah:
Campur semua bahan, aduk rata, dan saring.
Panaskan cetakan di minyak, celup ke adonan, lalu goreng dan goyangkan sampai lepas.
Tiriskan dan simpan dalam wadah tertutup.
Rasanya harum, warnanya cantik, dan tetap renyah! Cocok banget buat variasi lebaran atau sekadar cemilan sore sambil ngeteh.
Kalau dipikir-pikir, proses bikin kembang goyang ini ngajarin saya banyak hal. Mulai dari sabar, telaten, sampai pentingnya menjaga tradisi. Meskipun dunia makin modern, tapi nilai-nilai sederhana kayak ini jangan sampai kita lupakan.
Selain itu, ternyata bikin sesuatu dari awal itu sangat memuaskan. Rasanya beda banget saat makan hasil tangan sendiri dibanding beli di toko. Apalagi kalau orang lain suka dan memuji hasil karya kita, rasanya… wah, priceless!
Jadi, gimana? Tertarik mencoba bikin kue kembang goyang sendiri di rumah? Nggak harus nunggu lebaran kok. Bisa banget dijadikan camilan harian atau bahkan peluang bisnis kecil-kecilan.
Saya percaya, kue ini punya tempat spesial di hati banyak orang Indonesia. Yuk, kita rawat dan hidupkan lagi warisan kuliner ini. Nggak perlu sempurna, yang penting niat dan keberanian buat mencoba.
Dan kalau gagal? Nggak apa-apa. Namanya juga belajar. Yang penting jangan menyerah, karena setiap goyangan cetakan bisa jadi langkah kecil menuju keberhasilan yang renyah!
(more…)
Pertahanan Alami Tubuh Di tengah dinamika kehidupan modern yang penuh tekanan, paparan polusi, gaya hidup kurang sehat, serta kemunculan berbagai penyakit baru, sistem imun Pertahanan Alami Tubuhmenjadi benteng pertahanan utama…
Seblak Kuah Pedas adalah salah satu makanan khas Bandung, Jawa Barat, yang telah menjadi favorit banyak orang di Indonesia. Hidangan ini terkenal karena kuahnya yang pedas, aroma kencur yang khas,…
Tahu krispi pedas adalah salah satu camilan favorit yang mudah ditemukan di berbagai tempat, mulai dari pedagang kaki lima hingga restoran modern. Tahu yang diolah dengan teknik khusus sehingga memiliki…
Spaghetti Carbonara is one of Italy’s most beloved pasta dishes, known for its creamy texture, rich flavors, and simple yet sophisticated ingredients. Originating from Rome, this dish has gained popularity…
Sop buntut adalah salah satu hidangan klasik yang sangat digemari di Indonesia. Dengan kuah yang kaya rasa dan buntut sapi yang empuk, hidangan ini selalu menjadi favorit di berbagai kesempatan.…