Aku masih ingat jelas, pertama kali kenalan sama combro dan misro itu waktu diajak main ke rumah teman di kampung. Di meja kayu kecil yang penuh bekas goresan pisau, ada dua jenis gorengan berbentuk bulat kuliner lonjong, wangi banget, bikin perut keroncongan. Temanku wikipedia bilang, “Coba deh, ini combro, yang satu lagi misro. Rasanya beda.”
Dari situ aku baru ngeh kalau ternyata dua makanan sederhana ini bukan cuma soal kenyang, tapi juga soal rasa yang unik dan cerita panjang soal tradisi. Aneh ya, satu pakai isi pedas oncom, satunya manis gula merah. Kayak mewakili dua sisi kehidupan: yang bikin nangis kepedesan sama yang bikin senyum manis.
Dan jujur aja, sejak hari itu aku jatuh cinta sama keduanya.
Contents
- 1 Apa Itu Combro dan Misro?
- 2 Pengalaman Pribadi Bikin Combro Pertama Kali
- 3 Misro yang Bikin Kangen Masa Kecil
- 4 Kenapa Combro dan Misro Masih Bertahan di Tengah Jajanan Modern
- 5 Tips Membuat Combro dan Misro Anti Gagal
- 6 Pelajaran Hidup dari Combro dan Misro
- 7 Kesimpulan: Combro dan Misro Itu Lebih dari Sekadar Jajanan
- 8 Author
Apa Itu Combro dan Misro?
Kalau kamu belum pernah dengar, combro itu singkatan dari oncom di jero (bahasa Sunda, artinya “oncom di dalam”). Jadi combro itu gorengan dari singkong parut yang diisi sambal oncom pedas. Biasanya bentuknya oval, warnanya kuning kecoklatan setelah digoreng.
Sedangkan misro singkatannya amis di jero (artinya “manis di dalam”). Bentuknya mirip combro, tapi isiannya gula merah. Waktu digigit, gulanya meleleh keluar, kadang sampai bikin tangan belepotan, tapi justru di situ letak nikmatnya.
Kalau dibilang, combro dan misro ini kayak saudara kembar beda sifat. Sama-sama dari singkong parut, sama-sama digoreng, tapi satu mewakili tim pedas, satu lagi tim manis.
Pengalaman Pribadi Bikin Combro Pertama Kali
Aku pernah coba bikin sendiri, dan sumpah, itu bukan pengalaman yang mulus. Pertama kali, aku salah perbandingan singkong sama kelapa parut, jadinya adonan terlalu lembek. Begitu digoreng, meledak! Minyak ciprat ke mana-mana.
Aku panik, langsung matikan kompor, dan dapur penuh bau gosong. Rasanya pengen nyerah. Tapi setelah baca ulang resep nenek di catatan tua, aku sadar kalau rahasianya ada di perasan air singkong. Ternyata singkong harus diperas dulu, biar nggak terlalu basah. Dari situ baru adonan bisa kalis dan nggak gampang pecah saat digoreng.
Setelah coba lagi, hasilnya lebih bagus. Combro matang merata, kulitnya renyah, dalamnya lembut, dan oncomnya lumer. Waktu berhasil, rasanya kayak juara MasterChef.
Misro yang Bikin Kangen Masa Kecil
Kalau misro, ceritanya lain lagi. Aku sering beli di warung gorengan depan sekolah. Harganya cuma seribu waktu itu, tapi rasanya nggak tergantikan. Saat digigit, gula merahnya langsung keluar meleleh. Kadang terlalu panas, bikin lidah melepuh, tapi tetap aja nagih.
Ada satu kejadian lucu. Pernah beli misro, pas digigit ternyata gulanya nggak cair, masih keras di tengah. Teman-teman bilang itu “misro gagal.” Tapi jujur aja, meskipun gagal, tetap enak. Dari situ aku belajar, ternyata cara masak gula merah juga ada tekniknya. Harus dipotong kecil-kecil, biar gampang meleleh waktu digoreng.
Kenapa Combro dan Misro Masih Bertahan di Tengah Jajanan Modern
Jujur aja, sekarang banyak jajanan modern: Korean street food, boba, croffle, apa lagi yang viral di TikTok. Tapi combro dan misro tetap punya tempat di hati. Kenapa?
Sederhana tapi bikin kenyang. Bahan utamanya singkong, murah, gampang dicari, dan mengenyangkan.
Rasa otentik. Pedas oncom dan manis gula merah itu cita rasa yang nggak bisa digantiin dengan topping kekinian.
Penuh nostalgia. Makan combro atau misro sering bikin kita ingat masa kecil, rumah nenek, atau jajanan di kampung.
Cocok buat jualan. Banyak penjual gorengan yang masih menjajakan ini, karena modal kecil tapi laku keras.
Bahkan sekarang, beberapa cafe mulai bikin versi modern: combro isi keju pedas, misro isi cokelat. Tapi tetap aja, versi tradisional yang pakai resep nenek-nenek di kampung itu yang paling ngena di hati.
Tips Membuat Combro dan Misro Anti Gagal
Setelah beberapa kali trial and error, aku mau berbagi tips biar kamu nggak ngalamin dapur kayak medan perang:
Pilih singkong yang pas. Jangan terlalu tua, jangan terlalu muda. Singkong yang pas bikin teksturnya empuk tapi tetap padat.
Peras singkong parut. Ini wajib. Kalau terlalu basah, adonan gampang pecah saat digoreng.
Isi secukupnya. Jangan terlalu banyak isi oncom atau gula merah. Kalau berlebihan, pasti bocor ke luar.
Minyak panas stabil. Jangan pakai api terlalu besar. Goreng di minyak panas sedang biar matang merata.
Bentuk adonan rapi. Pastikan menutup isi dengan rapat, tekan sedikit biar nggak ada celah.
Dan kalaupun gagal, jangan minder. Ingat, gagal pertama itu biasa. Combro dan misro itu makanan sederhana, tapi justru di situlah tantangannya.
Pelajaran Hidup dari Combro dan Misro
Mungkin kedengarannya lebay, tapi jujur aku sering merasa makanan ini ngasih pelajaran hidup. Combro yang pedas itu kayak momen sulit, bikin kita “kepedesan”, tapi kalau dijalani, tetap nikmat. Sedangkan misro yang manis itu kayak momen bahagia, bikin hidup lebih ringan.
Dua-duanya hadir bareng, nggak bisa dipisahkan. Sama kayak hidup, ada pahit, ada manis. Jadi setiap kali makan combro dan misro, aku selalu inget kalau hidup harus balance.
Kesimpulan: Combro dan Misro Itu Lebih dari Sekadar Jajanan
Buatku, combro dan misro bukan sekadar gorengan isi. Ini adalah bagian dari budaya, nostalgia, dan cerita panjang tentang bagaimana makanan sederhana bisa menyatukan orang. Dari dapur nenek, warung gorengan pinggir jalan, sampai cafe modern, combro dan misro tetap punya tempat.
Kalau kamu belum pernah coba, serius deh, rugi banget. Dan kalau kamu udah biasa makan, coba bikin sendiri di rumah. Rasanya jauh lebih puas.
Jadi, lain kali kalau lihat gorengan di pinggir jalan, jangan ragu ambil sebiji combro dan sebiji misro. Siapa tahu, di situ kamu nemuin rasa yang selama ini kamu cari.
Baca Juga Artikel Ini: Pari Bakar Madu: Sensasi Gurih Manis yang Bikin Lidah Ketagihan 2025