Gue pertama kali denger lagu Bernadya itu pas lagi scroll Soundcloud tengah malam. Kebetulan lagi cari musik yang tenang tapi bukan yang kosong. Eh, nemu wikipedia satu lagu yang judulnya “Igau”. Awalnya nggak berekspektasi apa-apa, tapi pas denger… waduh, itu suara lifestyle sama liriknya kayak nembus dada gitu.
Waktu itu, Bernadya belum sepopuler sekarang. Masih kayak “hidden gem” yang kalau lo nemu, rasanya kayak dapet harta karun. Gue sampe mikir, “Kok bisa sih ada penyanyi sejujur ini dan nggak banyak orang tahu?”
Itu yang bikin gue penasaran banget sama siapa sih sebenarnya Bernadya.
Contents
- 0.1 Jujur, Gak Semua Penyanyi Bisa Kayak Dia
- 0.2 Karya Bernadya Bukan Sekadar Lagu Galau
- 0.3 Gaya Musiknya: Minimalis Tapi Kena Banget
- 0.4 Perjalanan yang Nggak Instan
- 0.5 Menginspirasi Banyak Orang Buat Berkarya
- 0.6 Lagu Favorit Gue dan Kenapa
- 0.7 Kesimpulan: Bernadya Adalah Bukti Kalau Kejujuran Gak Pernah Mati
- 1 Author
Jujur, Gak Semua Penyanyi Bisa Kayak Dia
Jujur aja ya, sekarang ini banyak banget musisi yang fokus ke tren. Ngejar TikTok-able, viral, atau sekadar lagu galau buat FYP. Nggak salah sih, namanya juga usaha survive. Tapi Bernadya beda.
Dia kayak nulis lagu bukan buat “diterima pasar”, tapi buat nyelametin dirinya sendiri. Dan anehnya, justru karena itu musiknya nyampe banget ke pendengar.
Lagu-lagu kayak “Logika Cinta”, “Apa Mungkin”, sampai yang terbaru “Hati dan Kepala”, itu kayak catatan harian yang disetel jadi nada. Gak banyak loh orang yang bisa menulis segamblang itu tentang rasa kecewa, jatuh cinta, atau bahkan… rasa bingung yang abstrak.
Waktu gue iseng cari tahu lebih jauh, ternyata dia mulai dari nge-cover lagu juga. Dari situ dia ngembangin gaya sendiri. Gak buru-buru rilis, nggak ikut arus, dan itu salah satu pelajaran penting sih buat siapa pun yang lagi ngerintis: temukan suara lo sendiri dulu, baru lo pikirin suara orang lain.
Karya Bernadya Bukan Sekadar Lagu Galau
Kadang orang pikir lagu-lagunya Bernadya itu cuma buat nangis-nangis tengah malam. Tapi pas gue dengerin liriknya lebih dalam, ternyata banyak pelajaran yang bisa lo dapet.
Misalnya di lagu “Logika Cinta” — dia bilang, “cinta tak perlu alasan yang logis, cukup rasa yang ikhlas.” Waktu pertama denger, gue cuma, “Oh, puitis.” Tapi pas lagi ngalamin hubungan yang gak jelas juntrungannya, kalimat itu kayak tamparan yang manis.
Buat gue pribadi, lagu Bernadya bukan cuma temen galau. Tapi juga kayak reminder buat tetap ngerasa, buat tetap jujur sama diri sendiri. Bahkan waktu semua orang nyuruh lo buat “logis”, dia kasih validasi kalau ngerasa itu gak salah.
Dan itu penting banget sih, apalagi di zaman sekarang yang serba cepet dan serba dinilai.
Gaya Musiknya: Minimalis Tapi Kena Banget
Kalau lo perhatiin, musik Bernadya itu gak ribet. Aransemen simpel, banyak yang cuma piano atau gitar akustik. Tapi justru karena kesederhanaan itu, lirik dan vokalnya jadi bintang utamanya.
Ini juga jadi pelajaran penting buat siapa pun yang berkarya—gak usah ribet buat bikin orang ngerasa. Kadang yang sederhana itu justru yang paling nyentuh.
Gue inget pas dia tampil live akustik, itu kayak duduk di sebelah temen lama yang cerita sambil nahan air mata. Lo ngerasa deket, meski nggak pernah ketemu. Mungkin itu ya yang bikin fansnya setia banget, karena ada rasa “gue ngerti lo” dari karya-karyanya.
Perjalanan yang Nggak Instan
Kalau lo pikir Bernadya langsung sukses dari satu lagu viral—salah besar. Gue sempat lihat dia sempat upload di berbagai platform, dari Soundcloud, YouTube, sampe akhirnya Spotify. Prosesnya panjang, nggak instan, dan dia tetap konsisten di gayanya.
Ini beda dari musisi yang “meledak” dalam semalam. Dia justru pelan-pelan bangun pondasi, dan itu yang bikin kariernya lebih solid. Kayak bangun rumah satu batu demi satu batu, bukan langsung bikin bangunan dari kardus yang gampang roboh.
Bahkan dari segi branding, dia tetap low-key. Gak yang tiba-tiba endorse ini-itu atau muncul di TV sana-sini. Fokus dia tetap di musik, dan itu bikin audiensnya percaya: dia ada di sini bukan buat numpang lewat.
Menginspirasi Banyak Orang Buat Berkarya
Gue pribadi sih terinspirasi berat. Setelah kenal karya-karya Bernadya, gue mulai nulis lagi. Bukan buat dijual atau dipublish, tapi buat diri sendiri. Kadang lo butuh contoh nyata orang yang bisa bertahan di jalur yang jujur, buat lo berani jujur juga ke diri lo.
Dan ini gak cuma soal musik. Apa pun bidang lo—nulis, desain, ngajar, bahkan bisnis—lo bisa belajar dari dia. Kejujuran dalam berkarya itu powerful banget. Kadang itu yang bikin lo beda dari jutaan orang lain yang ngikutin tren.
Lagu Favorit Gue dan Kenapa
Oke, ini bagian yang paling personal. Lagu Bernadya yang paling nyangkut di gue itu “Apa Mungkin”. Bukan karena musiknya, tapi karena gue pernah ngalamin sendiri situasi kayak di liriknya. Lo udah coba bertahan, udah pikirin semua logika, tapi tetap gak berhasil.
Pas denger liriknya, gue ngerasa “ya ampun, ini gue banget.”
Gue pernah nangis di motor cuma gara-gara lagu ini. Klasik. Tapi serius, lagu ini jadi kayak pintu keluar dari perasaan yang gak bisa gue ungkapin. Dan itu healing sih. Karena saat itu, gak ada orang yang bisa ngerti, kecuali… lagu ini.
Kesimpulan: Bernadya Adalah Bukti Kalau Kejujuran Gak Pernah Mati
Kalau lo tanya siapa musisi yang paling jujur di era sekarang—jawaban gue pasti Bernadya. Dia nggak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana. Lagunya bukan sekadar hiburan, tapi jadi pelukan hangat buat mereka yang lagi hilang arah.
Dan yang paling gue pelajari dari perjalanan dia adalah:
Jangan buru-buru buat viral. Buru-burulah buat jujur.
Gak apa-apa kalau progress lo pelan. Yang penting lo gak berhenti.
Suara unik lo itu kekuatan, bukan kelemahan.
Jadi, kalau lo sekarang lagi bingung mau mulai dari mana, inget aja cerita ini. Lo gak sendirian. Ada orang-orang kayak Bernadya yang juga mulai dari kamar kecil, dari suara hati, dan dari rasa yang gak bisa dijelaskan.
Baca Juga Artikel Ini: Body Mist: Cara Mudah Tetap Wangi Seharian Tanpa Ribet